Kamis, 11 Desember 2014

save as a life

Sebagaimana perjalanan, ada dua cara untuk mengabadikan hidup dengan kamera atau pena.

Pilihlah salah satu. Keduanya pun boleh. Sebab sangat mungkin suatu saat kamu akan lupa atau dilupakan.

Kamis, 25 September 2014

ketika pernikahan beda agama digugat

Hai, bloggers!.
Sebenernya gue mau nulis tanggapan berita basi ini udah lama. hanya aja baru sempet sekarang heehe :D. Gue baca berita di salah satu portal berita online tentang demo untuk pelegalan peraturan yang mengatur urusan perkawinan. Yang digugat itu soal larangan pernikahan beda agama.

Atas nama HAM, mereka menggugat peraturan tersebut katanya bertentangan dengan hak asasi mereka sebagai manusia. Pun membawa perihal cinta yang katanya kasih dari Tuhan untuk manusia.

Oke, pertama gue mau tegasin, untuk alasan cinta pastinya gue setuju kalo peraturan pernikahan beda agama itu memang melanggar HAM. Hak seseorang mencintai dan dicinta. Tapi tunggu dulu, ada hal kedua yang harus dipertegas. Aturan itu mengatur untuk mereka yang beragama. Misal gue, muslim. Sudah jelas aturannya. Bahwa nikah beda agama hukumnya haram. (entah hukumnya untuk umat agama yang lain)

So, pertanyaannya, siapa yang mengatur urusan mengenai aturan-aturan keagamaan?. Tuhan dalam kitab suciNya, bukan?. Kalo kita memang merasa beriman terhadap ajaran Tuhan, apakah pantas kita menggugat?. Atas nama pelanggaran terhadap HAM, mereka demo. Apa tidak terlintas dalam pikirannya, bahwa gugatan yang mereka lakukan sama saja berniat melanggar hak dasar Tuhan sebagai pengatur segala sisi aturan kehidupan keagamaan.

Sederhananya, peraturan larangan pernikahan beda agama bisa dengan mudah dipatahkan jika kita tidak beriman kepada agama manapun. Tapi permasalahannya, Indonesia punya dasar sila pertama dari pancasila tetang Ketuhanan.

Jadi, apakah kita kudu lebih mengedepankan hak asasi manusia dibanding hak mutlak Tuhan?. Mari renungkan kembali!

Salam.
Jakarta, 25 Sept 2014

Kamis, 14 Agustus 2014

apa tujuan dari cita-citamu?

Selamat hari ini, bloggers!

Salam sehat,
Bloggers, belakangan ini gue sering mikirin pertanyaan-pertanyaan yang bikin gue pesimis sekaligus tanpa atau sebelum mendapatkan jawaban-jawaban atas pertanyaan itu, sungguh gue merasa perjalanan hari-hari berlalu begitu aja.

Salah satunya pertanyaan itu adalah "apa sih yang benar-benar gue inginkan di dunia ini?. Dan seandainya ketika sudah gue raih impian-impian itu, lalu apa?".

Misal, dulu gue pingin banget jadi penulis. tahun itu tahun yang bener-bener bikin gue keranjingan nulis. Khususnya puisi. Saat itu di benak gue cuma ada pikiran "hari ini gue nulis puisi apa lagi ya?. Mau buat berapa puisi hari?"

Pokoknya, di otak gue cuma ada nulis, nulis, dan nulis puisi. Beberapa orang di sekitar gue sering dukung gue supaya bikin buku. Bahkan gue dulu ikut juga salah satu komunitas sastra di Jakarta, yang bikin gue ketemu sama pacar gue. *eh kog jd ngelantur.

Oke, balik lagi. Jujur saat itu gue udah sempat klasifikasi puisi-puisi yang satu tema. Malahan sampai cari-cari referensi penerbit. Penerbit indie. *hehehe :).

Tapi saat itu, kog gue juga ngerasa tulisan gue belum layak terbit. Karna itu urung gue kirim ke penerbit. Hasilnya sampe sekarang masih numpuk di folder komputer aja.

Kembali ke judul posting ini. Gue mikir, apa sih sebenarnya tujuan gue pingin jadi penyair (red: penulis puisi)?. Apa untuk ketenaran dan sebagai status aja?. Hello, apa sih yang bisa dibanggakan ketika diusung ke rumah calon mertua?. *iya, gue belom merid.

Well, well, well. Alhasil, mungkin ini alasannya kenapa gue belum mencapai keinginan gue ini. Pertama motif gue kurang kuat. Kedua, karena motif gue kurang kuat, maka arah dan konsistensi gue juga jadi kabur. Belum lagi ditambah hari yang disibukkan dengan pekerjaan lain.

Tapi di balik itu semua gue bersyukur karena tulisan gue belom sempet terbit. Setelah gue baca lagi, gue nyadar ternyata, katrok sekali ini tulisan. *hahaha

Okeh kesimpulannya. Seperti kata JM, "Cita-cita itu butuh motif yang kuat dan konsisten dalam pembelajaran untuk meraihnya". Jadi, jawablah munculnya keragu-raguan pertanyaan yang membuat kita pesimis dan lalai dengan tindakan yang beracuan pada motif kuat kita tadi. InsyaAllah, semoga kita menjadi sadar sepenuhnya akan langkah kita menuju keinginan-keinginan kita yang memiliki tujuan. Aamiin.

Jakarta, 14 Agustus 2014
Hamdi Yahya.

Rabu, 13 Agustus 2014

kembali

wow!
*bawa sapu* #bebenah

ternyata hampir dua tahun blog ini terabaikan. kasihaaann! :-(
setelah utak-atik password karena ga bisa sign in terpaksa muter-muter cari akal biar bisa masuk lagi. And then, akhirnya kembali juga blog saya.
Alhamdu.....lillah!