Jumat, 18 November 2011

Fiksimini

Fiksimini.

         Hmm.. Sepertinya tulisan fiksi singkat ini mulai naik daun dan digandrungi (setidaknya buat saya). Suatu malam, saya (lupa tangga berapa) menonton Metro TV, acara "Mata Najwa" yang saat itu membahas fiksimini. Itulah awal saya mengetahui ada karya fiksi sesingkat itu (140 karakter).

        Saya mulai mencari informasi di internet tentang apa itu fiksimini, termasuk mengunjungi akun twitter @fiksimini. Dan mulai membaca "twitt" di sana. Ternyata di luar dugaan saya. Yang tadinya saya anggap "tulisan apa itu, hanya memuat 140 karakter. terlalu singkat". Nyatanya tidak begitu, bukan banyak atau sedikitnya karakter yang menjadi kualitas di sini, melainkan soal keragaman (atau kemungkinan) imajinasi yang timbul setelah membaca tulisan-tulisan tersebut. Jujur, selama membaca saya hanya bisa mendecak kagum. Sumpah!. Bukan main, keren abis!.
       
         Nah, sejak saat itu saya mulai belajar menulis fiksi semini itu. Benar, tidak mudah, itu yang kurasakan. Saya perlu kreativitas dan imaji lebih baik dari yang biasanya (walau yang biasanya juga belum tentu baik, hehe :)).

     Teman-teman, berikut beberapa fiksimini yang pernah saya kirim di group FIKSI140. Selamat menikmati!.

MOTO.  "Jangan berhenti sebelum puncak" berhasil mengantarkannya ke puncak untuk berhenti, sesuai dengan kemauan jantungnya.

[PENDAKI GUNUNG: Jakarta, 1 Nopember 2011]

ADA GULA ADA SEMUT. "Tak ada tempat untuk sembunyi. Kau hidup, maka aku hidup", ujarnya pada foto artis yang dipegangnya.

[PAPARAZI: Jakarta, 7 Nopember 2011]

KEHABISAN AMUNISI. Amunisi habis. Satu anak panah lebih dulu menancap di keningnya.

MENUNGGU PERINTAH. Dengan tenang, dia siaga membidik target.

SOMBONG. "Tak ada Tuhan, tolol!", dalam hati ia tersenyum sinis pada sesosok tubuh yang sedang berdoa di dalam bidikan senapanya.

[SNIPER: Jakarta, 8 Nopember 2011]

NASIB. Dia tidak sempat mandi. Hari ini dibacakannya headline news tentang daerah tempat tinggalnya yang belum juga terpasok air PAM.

[PENYIAR TV: Jakarta, 10 Nopember 2011]

Di MAKAM PAHLAWAN. Di makammu aku mengendus-endus sisa napas dan anyir darahmu.

WARISAN KELUARGA. Hanya mewariskan namanya pada nisan.

OLEH-OLEH. Untuk negara diberikannya kemenangan perang. Untuk isteri, dibawakannya kepala-kepala musuh yang telah dibunuhnya.

[PAHLAWAN: Jakarta, 10 Nopember 2011]

 
Jakarta, 18 Nopember 2011


Salam,
Facebook : http://www.facebook.com/hamdiyahyanesia
Twitter : @ahyahamdiyahya

0 komentar:

Posting Komentar