Hah! Cerita malam yang bingung untuk kutanggapi seperti apa baiknya. Aku mesti bagaimana ya?!. Aku tak mengerti. Selalu. Kau ini berpikir sebagaimana pikirku?. Aku tahu kau hanya ingin cerita. Ya, cerita tentang sahabatmu itu. Sahabat yang kunilai lebih dari semestinya sebuah persahabatan. Dalam arti, aku cemburu.
Itu benar!. Aku cemburu. Hmm, mungkin bukan cuma cemburu. Suatu perasaan yang lebih dari cemburu. Yang kurasai tapi tak kutemukan kata yang pas untuk menggantikan perasaanku itu. Sesak di dadaku selalu timbul saat kau bicarakan tentangnya. Mengerti?, Ah! tentu saja kau tidak mengerti. Kalau kau mengerti mengenai perasaanku ini tentu saja kau sudah berhenti berbicara soal dia. Nyatanya tidak, kan?!.
Itu benar!. Aku cemburu. Hmm, mungkin bukan cuma cemburu. Suatu perasaan yang lebih dari cemburu. Yang kurasai tapi tak kutemukan kata yang pas untuk menggantikan perasaanku itu. Sesak di dadaku selalu timbul saat kau bicarakan tentangnya. Mengerti?, Ah! tentu saja kau tidak mengerti. Kalau kau mengerti mengenai perasaanku ini tentu saja kau sudah berhenti berbicara soal dia. Nyatanya tidak, kan?!.
Sekarang, ceritanya sahabatmu - yang slalu kau ceritakan - seorang yang kau rasakan lebih dekat dengannya dibandingkan aku, dia sedang mencampakkanmu. Mencampakkan?. Kukira itu berlebihan. Apa istilahnya.. MENGABAIKAN. Ya, mungkin sedikit lebih baik. Tapi jelas itu hanya "penghalusan" saja. Justru yang membikin kau kecewa. Sangat, katamu. Dengan segala ucapmu -menyambung kekecewaan itu- kau enggan lagi menyapa atau mengenalnya. Menyesal mengenal, jelasmu.
Begini pendapatku, bagaimana pun cemburunya aku. Kekinya aku melihat kalian, bahkan aku mengetahui langsung dari kata-katamu mengenai kedekatanmu dengannya, lebih dekat dibandingkan denganku. Bagaimanapun rasa sakit yang benar-benar tak kuduga rasanya sedemikian pahit, aku tetap tak suka kalau kau membenci hanya karena seseorang mengabaikanmu. Kau dan kekecewaanmu justru membuatmu mengabaikan apa yang pernah kalian alami, kalian lewati, keberbagian cerita-cerita, apa yang mesti dikenang diantara kau dan dia. Dan aku tak suka itu. Betapapun sesaknya dada ini atas kedekatan kalian.
Kau tahu, aku tak pernah bisa membenci hanya karena marah atau kecewa atas sikap ataupun keputusan/pilihan seseorang. Itu sebabnya aku masih tetap dalam kehidupanmu meskipun kau telah memutuskan meninggalkanku dan memilih laki-laki lain, yang tak lain masih ada garis kekeluargaan denganmu. Pada saat itu aku terima segala keputusanmu. Walau ada yang ingin kusampaikan (mungkin untuk mengubah pikiranmu pada saat itu) yaitu, "Kau mungkin mengenalnya sejak kecil, tapi kau tidak tumbuh dan berkembang bersama. Bagaimana bisa kau yakin sebegitu cepat sementara aku bersamamu (yang kurasa) lebih lama secara berturut dibanding dia?"
Jadi, begini saja menurutku, kau cukup berhenti menyoal tentangnya. Tak perlu berkata ini-itu; menghapus ingatan, menyesali perkenalan, apalah guna itu semua. Nikmati saja. Ada masa pertemuan, pasti akan ada masa perpisahan. Ada waktu kebersamaan, ada waktunya ketidakbersamaan.
Kesimpulannya;
"Hargailah pilihan/keputusan seseorang. Lihatlah dari sudut pandang mereka, maka kau akan menemukan praduga alasan-alasan yang bisa kau terima dan maklumi kenapa mereka memilih dan bertindak demikian".
Semoga kau paham!.
Jakarta, 2 Juli 2012
Hamdi Yahya
Facebook : http://www.facebook.com/hamdiyahyanesia
Twitter : @ahyahamdiyahya
0 komentar:
Posting Komentar